Di media yang beritanya didominasi oleh kekacauan dan kata-kata yang menciutkan hati, sering kali kita merasa beruntung karena masih mendengar kabar dari orang-orang yang bekerja demi kebaikan lingkungannya. Orang-orang yang masih sudi menyisihkan waktunya untuk orang lain.
Di masa ketika kita kerap menyaksikan tayangan di televisi yang penuh dengan skandal dan pelanggaran hukum, kita kadang masih merasa beruntung karena mengenal para pemimpin, baik di perusahaan, organisasi, maupun komunitas kecil, yang memiliki integritas dan keteguhan moral.
Pada waktu kabar yang berseliweran terbuang percuma acap kali kita merasa beruntung masih ada orang-orang yang dengan tekun mengarsipkan perasaan, pikiran, pandangan, gagasan, juga hasrat dalam bentuk tulisan. Dari sanalah kita dapat belajar, mengambil hikmah, mungkin juga memperoleh inspirasi. Seperti yang saya lihat dalam blog milik Putera Sampoerna.
Lahir di Schidam, Belanda, 13 Oktober 1947, Putera adalah generasi ketiga dari keluarga Sampoerna. Kakeknya, Liem Seeng Tee, mendirikan perusahaan rokok Sampoerna. Putera merupakan presiden direktur ketiga perusahaan rokok PT. HM Sampoerna. Dia menggantikan ayahnya Aga Sampoerna.
Pada tahun 2000, Putera menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan operasional perusahaan kepada anaknya, Michael Sampoerna. Dia sendiri duduk sebagai Presiden Komisaris PT HM Sampoerna Tbk, sampai saham keluarga Sampoerna (40%) di perusahaan yang sudah go public itu dijual kepada Philip Morris International, Maret 2005, senilai Rp18,5 triliun.
Saya tak tahu benar apa kesibukan Putera sekarang. Tak banyak publikasi yang bisa kita baca tentang tokoh yang satu ini. Jarang juga kita dengar dia bersedia diwawancara jurnalis. Tampaknya dia tipe orang yang tertutup, enggan dipublikasikan secara luas dan blak-blakan.
Belakangan saya baru tahu sedikit mengetahui kegiatannya di blog Putera Sampoerna itu.
Putera adalah salah satu sedikit tokoh (bisnis) di Indonesia yang membuat blog sebagai upaya pendokumentasian tulisan-tulisannya. Upaya semacam ini layak diapresiasi, terlepas dari kelebihan dan kekurangan isinya.
Teks yang tersimpan di blog adalah rekaman sejarah seseorang. Kelak ia bisa ditengok kembali oleh siapa pun: anak, cucu, generasi penerusnya, juga publik secara luas. Catatan yang terekam itu menjadi semacam upaya melawan lupa.
Mengapa Putera membuat blog?
“I have no political agenda and did not create this blog to stroke my own ego. It was simply created to bring to the fore issues within the areas that my foundation is working on, and to seek support for its endeavors.”
Kalimat itu sebenarnya merupakan jawaban Putera atas kritik seorang pembaca, Indra P. yang menyebut tulisan-tulisan Putera sangat klise.
“Your posts are pretty good, but they’re too cliché and there are many similar thoughts out there, too. I’m confused as to why your posts receive so many compliments. I don’t mean to be negative about your posts, but I feel that all these ‘compliments’ are a direct reflection of the criticism you wrote about this country.”
Atas kritik yang tajam itu, Putera menjawab:
“I am glad that there are many with similar thoughts, and I would assume that you would be among them. That being the case, then allow me (through this blog) to serve as a messenger to deliver’our’ common beliefs on those subject matters that I think matter most to those not yet enlightened and/or to elevate these considerations to the fore and to the ‘Top of Mind’ of the public domain.”
Apa pun kritik dan jawabannya, buat saya sikap Putera telah menunjukkan kerendahan hatian dan keterbukaan. Mungkin tak semua orang melihat sikap ini. Tapi bagi saya, itu tanda ia sanggup menerima kekurangan dirinya dan bersedia mendengarkan suara orang lain. Saya kira ini yang contoh sikap yang layak diteladani oleh siapa pun.
Sebagaimana galibnya media sosial, blog adalah tempat kita berdialog, saling membuka diri. Blog adalah ruang berbagi dan menerima. Dengan membuat blog, berarti Putera hendak berbagi dan memperoleh masukan dari luar. Ia ingin membangun dialog. Sesuatu yang tak publik dapatkan dengan mudah setahun yang lalu, sebelum Putera membuat blog.
Harap maklum, sebagai petinggi dari sebuah imperium bisnis yang rawan kritik, Putera mungkin secara sadar maupun tidak telah membangun sekat komunikasi dan akses publik. Tak semua orang bebas bertemu dan berkomunikasi langsung dengannya.
Kini, paling tidak buat saya, Putera telah membuat perubahan, dari yang dulunya tertutup menjadi sedikit terbuka. Ia membuat perbedaan — seperti tagline blognya, Together We Can Make a Difference. Dari blognya kita juga makin mengetahui sebagian dari hasrat dan cita-citanya untuk masyarakat dan negeri ini.
Akankah kelak kita akan membaca lebih banyak lagi pikiran-pikiran dan tulisan-tulisan yang tak klise dari Putera di blog? Akankah dia terus membuat perbedaan? Hanya Putera yang bisa membuktikannya.
>> Selamat hari Selasa, Ki Sanak. Apakah hari ini sampean sudah menulis dan berbagi?
Filed under: Blog, ulasan Tagged: Blog, inspirasi, misi, pendapat, putera sampoerna, visi
Link to full article
Không có nhận xét nào:
Đăng nhận xét